Pertemuan Pedagang Borobudur dan PT TWCB di Balkondes Borobudu Sebelum Tempati Lapak Kampung Seni

  • Bagikan

 Musyawarah antara pedagang dan Pengelola Wisata PT TWCB, Di Balkondes Borobudur pada hari Rabu, ( 14/8/2024 ). 

Harianindonesia.id – Magelang, Musyawarah antara sebagian pedagang Borobudur yang ingin mengelola dalam penataan lokasi lapak di kampung seni Borobudur sendiri, secara mandiri, dan Pengelola Wisata Candi Borobudur ( PT TWCB) di Balkondes Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada hari Rabu ( 14/8/2024 ) siang lalu.

“Pertemuan itu dihadiri oleh Direktur Operasi dan Layanan PT TWCB Mardijono Nugroho, Kepala Seksi Datun Kejaksaan Negeri Magelang Stirman Eka Priya Samudra, Asisten Ekonomi Pembangunan Kabupaten Magelang, Nanda Cahyadi, Perwakilan dari Forum Pedagang Borobudur Bersatu ( FPBB) dan Perwakilan dari eks pengurus dan anggota Paguyuban pedagang SKMB yang sudah keluar, Dan Forkopimcam Borobudur, Serta disaksikan oleh perwakilan Kementerian Kemaritiman dan Investasi dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat”.

Asisten Ekonomi Pembangunan Magelang Nanda Cahyadi Mengatakan, Borobudur sudah ditetapkan menjadi kawasan pariwisata internasional, Harapannya masyarakat menyambut baik penetapan kawasan ini, masyarakat Borobudur bisa guyup rukun. Karena di zona dua Candi Borobudur tidak bisa dilakukan untuk aktivitas usaha sehingga ketentuan ini yang akan dipedomani untuk memindahkan para pedagang.

“Pemerintah pusat sudah membangun prasarana Kampung Seni Kujon yang saat ini sudah dibangun dan sebentar lagi bangunannya akan selesai 100 persen”, Jelasnya.

Cahyadi Menyebut harapan kami dari Pemkab Magelang, Dalam proses transisi dari pedagang Taman Wisata Candi Borobudur ke Kampung Seni Kujon ini walaupun sedikit banyak ada problem permasalahan, Tapi kami meyakini tradisi masyarakat Borobudur, “ono rembug yo dirembug, ono masalah yo dirembug”. Saya berharap penempatan pedagang kaki lima ini bisa dilakukan secara kondusif dan disepakati oleh semua pihak.

Kepala seksi Datun Kejaksaan Negeri Stirman Eka Priya Samudra menyatakan bahwa dalam mendampingi pedagang untuk kepentingan mereka menjadi prioritas utama, Meskipun dalam situasi pribadi yang sulit seperti kehilangan seorang saudara di Surabaya.

Selain itu Eka juga mengingatkan kepada LBH Jogyakarta, Bahwa surat pengaduan yang disampaikan ke Komisi Kejaksaan ( KOMJAK ) agar tidak salah sasaran seharusnya mengetahui dulu fakta fakta yang ada dari mulai kronologi dari awal, Tidak datang secara tiba – tiba, tanpa mengikuti proses dari awal. Jangan sampai karena mendengarkan keterangan dari satu atau dua orang  lalu menyudutkan salah satu pihak sebagai dasar untuk mencari solusi, dan tidak menyalahkan kejaksaan negeri Magelang tanpa alasan yang kuat.

Kasi Datun Kejaksaan menjelaskan bahwa verifikasi ulang lapak pedagang bukan permintaan dari kami, Tetapi itu permintaan dari salah seorang dari peguyuban SKMB. Pada saat proses survei lokasi lapak sementara pun yang terletak di dekat kandang gajah itu secara bersamaan. Dihadiri juga ole direktur PT TWCB yang bertujuan untuk mengantisipasi perbedaan pendapat yang menimbulkan permasalahan yang tidak perlu.

Kasi Datun Kejaksaan menekankan pentingnya mengetahui kronologi awal dengan tepat agar solusi yang diambil dapat sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Ia juga menyoroti bahaya dari tindakan mengutamakan pendapat perseorangan yang bisa merugikan orang lain.

SIMAK JUGA :  Berada di Sumbar, Panglima TNI dan Kapolri: Indonesia Masih Aman

Dikesempatan yang sama Corporate Secretary PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Ryan Eka Permana Sakti mengutarakan, Dengan pertemuan ini kami telah memfasilitasi para pedagang untuk menyampaikan keluh kesahnya untuk berdiskusi untuk menciptakan suasana yang lebih konstruktif. Untuk pertemuan selanjutnya belum bisa memastikan waktunya membahas hal yang lebih teknis. Prinsipnya, PT TWCB sedari awal telah memfasilitasi komunikasi dan koordinasi yang baik dengan semua pedagang. “Saya harap, nantinya ada yang benar-benar berpartisipasi aktif dalam mengelola lebih dari 1.900 pedagang bisa menjadi fasilitator yang baik dan mengayomi,” imbuhnya.

Ketua Forum Pedagang Borobudur Bersatu , Jimy Belinda, Mengatakan bahwa Forum Pedagang Borobudur Bersatu terbentuk bukan atas kemauan dirinya melainkan dibentuk oleh seluruh masyarakat pedagang Borobudur dari semua paguyuban yang ada tanpa terkrcuali, Yaitu untuk kepentingan bersama dan bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

Jimy mengingatkan bahwa menciptakan kondisifitas yang harmonis di Borobudur tidak mudah, Banyak langkah perjuangan yang tempuh pengorbanan materi, waktu, dan pemikiran, Serta kekompakan untuk kepentingan bersama dari para pedagang. Namun, sangat disayangkan ada sebagian pedagang yang merasa tidak puas dengan hasil yang sudah berjalan yaitu hak istimewa yang mereka terima, Sehingga meminta keistimewaan lebih untuk kelompok mereka sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya kegaduhan dan opini masyarakat yang berbeda. Termasuk adanya pamflet yang beredar dengan bertuliskan “Geger Geden Borobudur” yang dirasa kurang tepat dengan fakta yang ada.

 

Jimy menjelaskan bahwa tujuan utama dari Forum Pedagang Borobudur Bersatu ( FPBB) adalah untuk kemaslahatan masyarakat pedagang Borobudur secara keseluruhan bukan untuk kepentingan kelompok. Dia juga menyoroti upaya yang telah dilakukan bersama untuk memperjuangkan nasib semua pedagang yang berjumlah ribuan. Termasuk relokasi warga masyarakat pedagang taman Borobudur dengan proses panjang yang melibatkan komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak baik PT TWCB ataupun pihak terkait lainya.

“Melalui perjuangan bersama dan proses sangat panjang utuk menempatan lapak dagangan sementara di Borobudur, Sebelum nya juga telah disosialisasikan dan disepakati bersama dengan pengaturannya yang jelas dan transparan, Bahwa semua pedagang harus mendapatkan hak yang sama, tidak ada yang mendapatkan hak istimewa baik di lapak sementara maupun di Kampung Seni Borobudur” Tegasnya.

Jimy menegaskan bahwa dirinya pribadi tidak membutuhkan lapak dagangan sementara maupun di Kampung Seni Borobudur, dan membantah ada tendensi atau maksud tertentu dalam tindakannya. Jimy berharap agar informasi – informasi yang beredar sekrang ini harus tahu dulu perjalanan faktanya dari awal, jangan katanya. Agar dapat menjadi pemberitaan
yang baik dan informatif mengenai situasi sebenarnya yang di Borobudur. Pungkasnya.

( Tim Red )

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *