Diskusi SATUPENA, Yeni Sahnaz: Anak Cerdas Istimewa Sering Jadi Korban Perundungan

  • Bagikan
Yeni Sahnaz

HARIANINDONESIA.ID – Risiko anak cerdas istimewa (gifted child) adalah mereka sering menjadi korban perundungan (bully).

Hal itu diungkapkan Yeni Sahnaz, Pendiri Indonesia Peduli Anak Gifted dalam diskusi Hati Pena di Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2024 malam bertema Belajar dari Anak Cerdas Istimewa yang diselenggarkan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA dengan ketua umumnya Denny JA.

Dalam diskusi itu, Yeni Sahnaz mengungkapkan, banyak risiko dialami anak cerdas istimewa justru akibat ketidakpahaman orang tua, guru dan lingkungan.

“Anak cerdas istimewa justru sering mendapat label buruk, seperti dianggap nakal, otak korslet, stres, dan sebagainya,” ujar Yeni, yang kebetulan juga memiliki anak cerdas istimewa.

Yeni menambahkan, bahkan “ahli” juga bisa salah mendiagnosis. Anak cerdas istimewa dianggap sebagai penyandang autis, ADHD (perilaku impulsif dan hiperaktif), savant, bipolar, bisu-tuli, dan sebagainya.

Akibat salah diagnosis, anak cerdas istimewa menderita salah penanganan. Seperti, dalam hal pemberian obat, aneka terapi, dan lain-lain.

Yeni mengungkapkan, anak cerdas istimewa justru bisa memiliki prestasi akademik buruk. “Mereka bisa tidak naik kelas, atau DO (drop out),” ujarnya.

Berkaca dari pengalamannya sendiri dan orang tua lain, Yeni menyebutkan, anak cerdas istimewa tak jarang menderita gangguan mental. Seperti: psikosomatis, kecemasan, stres, depresi, mengisolasi diri, bahkan ingin bunuh diri.

Untuk mengatasi itu, Yeni menyarankan pengasuhan positif. Pahami karakteristik anak dengan ilmu pedagogi dan psikologi.

Bantu anak mengatasi kesulitan dalam proses tumbuh kembang, seperti berbicara, mengelola emosi, dan lain-lain.

“Berikan contoh yang baik agar anak memahami aturan yang berlaku di masyarakat,” katanya.

“Perilaku buruk anak diatasi dengan penuh kesabaran tanpa diberikan hukuman. Apresiasi pencapaian anak sesuai kemampuannya dan tidak dibandingkan dengan anak lain,” kata Yeni.

SIMAK JUGA :  Untuk 2018, Sumbar Gagal Masuk Tiga Besar Destinasi Wisata Halal Nasional

“Semua proses pengasuhan dilakukan dengan tegas, disiplin positif dan menyenangkan,” ujar ibu dari dua anak ini. (K) ***

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *