Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Ekstraktivisme Ciptakan Ketergantungan Ekonomi pada Sumber Daya Alam

  • Bagikan
Satrio Arismunandar

HARIANINDONESIA.ID – Ekstraktivisme menciptakan ketergantungan ekonomi pada sumber daya alam (SDA), sehingga membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga pasar global.

Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar menanggapi diskusi tentang krisis lingkungan Indonesia di Jakarta, Kamis, 18 Juli 2024 maam yang diselenggrakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA dengan ketua umumnya Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan narasumber Siti Maemunah dari Tim Kerja Perempuan dan Tambang, Badan Pengurus JATAM.

Satrio Arismunandar menuturkan, ekstraktivisme adalah istilah yang merujuk pada model ekonomi dan praktik yang berfokus pada ekstraksi sumber daya alam dari bumi dalam jumlah besar, biasanya untuk diekspor dan dijual di pasar global.

Ia menambahkan, sumber daya yang diekstraksi bisa berupa mineral, minyak, gas, kayu, atau hasil pertanian skala besar.

“Ekstraktivisme sering dikaitkan dengan eksploitasi intensif dan sering kali tidak berkelanjutan terhadap lingkungan,” tutur Satrio.

Menurut Satrio, banyak kritik ditujukan pada praktik ekstraktivisme, yang sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, merusak ekosistem dan sumber daya alam yang vital.

Praktik ekstraktivisme sering mengakibatkan kerusakan lingkungan yang signifikan, termasuk deforestasi, degradasi tanah, polusi air dan udara, serta hilangnya keanekaragaman hayati.

Selain itu, ada isu ketidakadilan sosial. “Distribusi keuntungan dari ekstraktivisme sering kali tidak merata, dengan perusahaan multinasional dan elit lokal mendapatkan sebagian besar keuntungan sementara masyarakat lokal menanggung dampak negatifnya,” ujarnya.

Dampak sosial lain, kata Satrio, ekstraktivisme sering menimbulkan konflik sosial, pemindahan paksa masyarakat lokal atau adat, pelanggaran hak asasi manusia, dan ketimpangan ekonomi.

Ciri lain ekstraktivisme, menurut Satrio, adalah pemakaian teknologi dan infrastruktur canggih untuk mengeksploitasi sumber daya alam dengan cepat dan efisien.

SIMAK JUGA :  Kapolres dan Bupati Sukamara Pantau Keamanan TPS

Ini sering kali tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan.

Alternatif ekstraktivisme, tambahnya, adalah ekonomi berkelanjutan. Yakni, mengembangkan model ekonomi yang mengutamakan keberlanjutan, memakai sumber daya alam dengan cara yang tidak merusak lingkungan dan memastikan bahwa keuntungan didistribusikan secara adil.

“Juga, memberdayakan masyarakat lokal dalam mengelola sumber daya alam mereka sendiri dengan cara yang berkelanjutan,” katanya. (K) ***

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *