HARIANINDONESIA.ID – Dengan menggabungkan agama dan ilmu pengetahuan atau sains, buku “Theology of Hope” karya Komaruddin Hidayat menawarkan wawasan melalui konsep “teologi alamiah.”
Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi tentang teologi harapan yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis 31 Oktober 2024 oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan narasumber Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (2019-2024) dan penulis buku “Theology of Hope: Mengejar Kaki Langit”.
Satrio mengungkapkan, buku karya Komaruddin Hidayat mengeksplorasi hubungan antara sejarah pribadi dan sosial, serta interaksi antara kenangan dan harapan dalam hidup.
Karya ini menginspirasi pembaca untuk menemukan makna hidup demi kesejahteraan dunia dan kebahagiaan spiritual.
Satrio menjelaskan, teologi alamiah (natural theology) adalah pendekatan dalam teologi yang mencoba memahami keberadaan dan sifat Tuhan melalui pengamatan dan penalaran atas dunia alami, tanpa bergantung pada wahyu agama.
“Konsep ini berusaha menemukan tanda-tanda ilahi dalam hukum alam dan fenomena alam semesta,” ujarnya.
Dengan kata lain, kata Satrio, teologi alamiah menggabungkan perspektif rasional dan ilmiah dengan keyakinan spiritual, mencari makna ilahi melalui keteraturan dan keterhubungan dalam alam.
“Pendekatan ini sering kali digunakan untuk mendekatkan agama dan sains dalam menjelaskan hakikat kehidupan dan penciptaan,” tutur Satrio.
Menurut Satrio, ajaran Islam secara umum kompatibel dengan konsep teologi alamiah, karena Islam mendorong umatnya untuk menggunakan akal dan pengamatan terhadap alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.
“Alquran sering mengajak manusia untuk merenungi fenomena alam sebagai bukti kekuasaan Tuhan, seperti dalam ayat-ayat tentang penciptaan langit, bumi, dan pergantian siang-malam,” katanya.
“Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan dan wahyu dianggap saling melengkapi. Teologi alamiah dalam Islam tidak menggantikan wahyu, melainkan memperkuat keyakinan akan Tuhan dengan menghubungkan alam semesta dengan pencipta-Nya,” ungkap Satrio.
Pendapat tentang teologi alamiah beragam di kalangan ahli agama dan filsuf. “Thomas Aquinas mendukung teologi alamiah melalui konsep lima jalan, di mana keberadaan Tuhan bisa dibuktikan dengan logika dan pengamatan atas keteraturan alam,” kata Satrio.
“Sebaliknya David Hume skeptis terhadap teologi alamiah. Ia mengkritik bahwa penalaran tentang Tuhan berdasarkan alam tidak dapat sepenuhnya dipercaya karena pengalaman manusia terbatas,” kata Satrio.
“Sedangkan Immanuel Kant berargumen bahwa meskipun akal bisa menunjukkan keteraturan di alam, pengetahuan tentang Tuhan harus tetap bersifat transendental dan tidak sepenuhnya bisa dicapai melalui rasio,” kata Satrio. (K) ***