HARIANINDONESIA.ID – Pemanfaatan AI (artificial intelligence) dalam proses belajar mengajar menghadapi kesenjangan keterampilan.
Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi Pemanfaatan AI dalam Proses Belajar-Mengajar di Sekolah di Jakarta, Kamis 7 November 2024 malam yang diselenggarakan oleh Kreator Era AI berkolaborasi dengan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi ini menghadirkan narasumber Wijaya Kusuma, , guru dan blogger Indonesia.
Satrio mengungkapkan, banyak guru dan staf pendidikan mungkin belum familiar dengan teknologi AI atau tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengintegrasikannya ke dalam proses pengajaran.
“Maka pelatihan yang intensif dan berkelanjutan dibutuhkan agar mereka dapat memanfaatkan AI secara efektif,” ujarnya.
Tantangan lain, kata Satrio, adalah keterbatasan infrastruktur teknologi. Tidak semua sekolah memiliki infrastruktur teknologi yang memadai untuk menerapkan AI.
“Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih menghadapi keterbatasan akses internet, perangkat keras, dan software yang diperlukan untuk menjalankan sistem AI,” tutur Satrio.
Satrio mengakui, meskipun AI dapat mengotomatisasi banyak tugas, biaya awal untuk mengimplementasikannya cukup tinggi.
“Pengembangan, instalasi, dan pemeliharaan sistem AI membutuhkan anggaran yang besar, yang sering kali tidak tersedia di sekolah-sekolah dengan dana terbatas,” katanya.
Selain itu, jelas Satrio, ada kekhawatiran atas ketergantungan pada teknologi. Penggunaan AI dalam pengajaran dapat membuat siswa dan guru terlalu bergantung pada teknologi.
“Hal ini berpotensi mengurangi pengembangan keterampilan interpersonal, kreativitas, dan pemikiran kritis siswa,” katanya.
Menurut Satrio, banyak pendidik dan orang tua mungkin merasa skeptis terhadap peran AI dalam pendidikan. Ini bisa disebabkan oleh ketidakpahaman atau kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan peran manusia sebagai guru.
“Dukungan komunitas dan perubahan mindset diperlukan agar teknologi ini dapat diterima luas,” katanya.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, ujar Satrio, diperlukan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, pihak sekolah, pengembang teknologi, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, aman, dan efektif dengan bantuan AI. (K) ***