Oleh : Awaluddin Awe)*
GEBU MINANG, menyebut nama ini, hampir seluruh orang Minangkabau akan mengenal nama organisasi yang menghimpun partisipasi orang Minang di kampung (ranah) dan yang di rantau dalam pembangunan ekonomi Sumbar.
Saya sengaja memilih judul di atas, Menyambut Gebu Minang Baru : Memilih Jalur Politik atau Gerakan Moral Lagi? Untuk ada diskusi kembali tentang Organisasi Urang Awak, yang secara teori struktur organisasi sering disebut juga pucuk tertinggi Organisasi Orang Minangkabau.
Nanti saya akan menyebut mengapa saya memilih alasan Gebu Minang Baru berikut argumentasinya. Tetapi kini kita mereview kembali Gebu Minang sejak didirikan.
Gebu Minang didirikan pada tanggal
24 Desember 1989 oleh sejumlah tokoh Minang yang ada diperantauan seperti Azwar Anas, Awaluddin Djamin, Bustanil Arifin, Emil Salim, Harun Zain, Hasan Basri Durin, Hasyim Ning, Fahmi Idris, Sjafaroeddin Sabar, Nasrun Syahrun, Rustam Didong, Ali Akbar Navis, dan beberapa orang tokoh lainnya.
Pendirian Gebu Minang berkait dengan ajakan dan imbauan dari Presiden Soeharto, pada saat menghadiri pertemuan dengan Petani di Sumbar pada tahun sebelumnya.
Saat itu Presiden Soeharto menanggapi pernyataan dari seorang Petani bahwa mereka kesulitan dalam mengembangkan sektor pertanian disebabkan keterbatasan modal.
“Kenapa tidak dibuat gerakan para perantau Sumbar saja. Masing masing sedikit sedikit, lama lama kan bisa buanyakkkk dananya. Itu kan bisa dipakai untuk membantu para petani Sumbar,” kata pak Harto waktu itu.
Lalu seperti kena lecut kuat akhirnya sejumlah Tokoh Minangkabau itu akhirnya bertemu dan bersepakat mendirikan organisasi bernama Gebu Minang.
Pada awalnya Gebu Minang adalah akronim dari Gerakan Seribu Rupiah Minang yang bertujuan mengumpulkan seribu rupiah dari setiap warga Minang yang ada di perantauan untuk pembangunan di kampung halaman. Belakangan akronim tersebut berubah menjadi Gerakan Ekonomi dan Budaya Minang.
Gerakan Ekonomi dan Budaya Minangkabau adalah suatu organisasi masyarakat Minangkabau yang bertujuan menghimpun dan membina potensi masyarakat Minang yang berada di perantauan di bidang ekonomi dan kebudayaan.
Sejak pendiriannya, Gebu Minang telah beberapa kali melakukan pergantian kepemimpinan, berikut beberapa orang yang pernah memimpin Gebu Minang sebagai ketua umum:
1 Prof. Dr.Emil Salim 1989 – 1994
2 Prof. Dr.Emil Salim 1995 – 2000
3 Prof. dr. Fasli Jalal PhD 2001 – 2004
4 Mayjend. (TNI) H.Asril Tanjung, SIP
2005 – 2010
5 Ir. H. R.Ermansyah Jamin Dt.
Tanmaliputi 2011- 2016
6 Oesman Sapta Odang 2016 – 2021
Oesman Sapta Odang terpilih sebagai Ketua Umum bertepatan dengan peringatan HUT-nya yang jatuh pada 24 Desember 1989, Gebu Minang menyelenggarakan Musyawarah Besar ke-6 yang berlangsung pada 23-25 Desember 2016 di Padang.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, saat itu, Oesman Sapta Odang terpilih secara aklamasi menjadi ketua untuk periode 2016-2021, menggantikan Ermansyah Jamin.
Saat ini, Lembaga Gebu Minang yang berpusat di Jakarta telah mempunyai beberapa kantor perwakilan di banyak wilayah, di antaranya perwakilan Jawa Timur, Lampung, dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia dan mancanegara
Adapun Pengurus Wilayah yang sudah terbentuk hingga saat ini adalah sebagai berikut, dengan nama Ketua Wilayahnya.
DPW JAWA BARAT: Asril Das
DPW JAWA TIMUR: Sumarzen Marzuki
DPW SUMATERA BARAT: Boy Lestari Dt. Palindih (almahum)
DPW RIAU: H Arsadianto Rachman
DPW SUMATERA SELATAN: Rudy Chandra
DPW SUMATERA UTARA: Drs H Putrama Al-Khairi
DPW PROVINSI BANTEN : H. Andi D Putra Sutan Banten
DASARNYA GERAKAN EKONOMI
Jika dicermati dari semangat dan latar belakang pendiriannya, jelas dan tegas bahwa Gebu Minang bertujuan sebagai gerakan ekonomi yang membantu permasalahan biaya para petani di Sumbar.
Jika kemudian organisasi ini berkembang menjadi gerakan moralitas dan kebudayaan juga tidak salah. Sebab permasalahan ekonomi di Sumatera Barat juga terkait dengan masalah moralitas dan kebudayaan.
Saya masih ingat bagaimana masa pak Emil Salim dulu dengan sangat bersemangat mendorong Gebu Minang supaya bergerak sebagai kekuatan moral orang Minangkabau untuk meningkatkan perekonomian kampung halamannya.
Gerakan itu, pada waktu itu secara sadar atau tidak, memang membawa pengaruh besar kepada munculnya para pemodal dari rantau untuk menanamkan investasinya di kampung halaman.
Tetapi pergerakan ekonomi itu mengerucut secara vertikal, tidak secara horizontal atau sampai kepada kalangan petani, yang dari awal menjadi dasar pendirian Gebu Minang.
Saya tidak tau mengapa tujuan pendirian Gebu Minang tidak sampai kepada subtansi awalnya yakni mendorong sektor pertanian di Sumbar.
Tetapi saya punya keyakinan bahwa tidak tercapainya sasaran itu adalah disebabkan karena sektor pertanian memang menjadi prioritas pada saat itu, namun tidak bisa juga dipacu sebagai tempat pelimpahan investasi, jika dianggap Gebu Minang sebagai investor atau lembaga pembiayaan partisan.
Saya yakin, pandangan itu tidak akan berubah sampai sekarang. Malah saya katakan, kita belum menemukan formula dan grand design pengembangan sektor pertanian yang benar secara ekonomi.
Sektor pertanian kita masih tumbuh secara tradisional dan cara cara edukasi dari pemerintah juga secara tradisional, kalau boleh menyebut selagi ada program pertanian saja.
LALU GEBU MINANG MAU GARAP APA?
Satu pertanyaan kemudian muncul, lalu Gebu Minang mau garap apa? Apakah masih tetap memprioritaskan pengembangan sektor pertanian, ekonomi dan kebudayaan, seperti yang disebut sebagai pergeseran peran Gebu Minang itu?
Saya tertarik dan tergelitik dengan pernyataan Ketua Umum DPW Gebu Minang Sumbar yang baru terpilih secara aklamasi, Sabtu (11/9) lalu, H Fadly Amran Datuak Paduko Malano, yang saat ini menjabat Walikota Padang Panjang.
Dalam pernyataannya, kepada wartawan, Ketua Umum DPW Gebu Minang terpilih, H. Fadly Amran BBA Datuak Paduko Malano akan memprioritaskan program pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid -19 dengan menggerakan potensi yang dimiliki organisasi.
Sebagai gerakan ekonomi dan kebudayaan, Gebu Minang memiliki potensi sangat besar dalam pemulihan ekonomi daerah. Sebab daya dukungnya tidak hanya dari Sumbar tetapi juga berasal dari perantauan.
“Nah dukungan dari ranah dan rantau ini yang nantinya akan kami jadikan sebagai alat pemulihan ekonomi di daerah. Saya meyakini potensi ranah dan rantau sangat kuat menunjang program pemulihan ekonomi daerah,” kata Fadly Amran kepada wartawan, usai terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPW Gebu Minang, Sabtu (11/9) di The Premier Grand Zuri Hotel, Padang.
Dengan pernyataan itu, Fadly Amran meyakini bahwa kekuatan mesin organisasi Gebu Minang yang berasal dari DPD se Sumbar dan kalangan perantau sangat mumpuni dalam merumuskan kebijakan pemulihan ekonomi daerah.
Sebab mereka pada umumnya berasal dari kalangan pengusaha dan pedagang yang telah memiliki pengalaman panjang dalam berusaha masing masing.
“Jadi jika dihadapkan kepada tantangan pemulihan ekonomi di daerah, saya yakin DPW Gebu Minang bersama DPD dan rantau akan mampu merumuskan konsep aktualnya. Seperti apa konsepnya, nanti kita rumuskan dulu bersama stake holder Gebu Minang tadi,” kata Walikota Padang Panjang ini.
Dengan pernyataan Fadly Amran diatas, saya seperti teringat kembali kepada sejarah awal berdirinya Gebu Minang sebagai gerakan moral yang bertujuan mengangkat harkat para petani kita, meski harus kita akui target itu tidak tercapai.
Tetapi disini saya meyakini bahwa visi baru Gebu Minang yang berasal dari seorang pemimpin muda seperti Fadly Amran, akan dapat berjalan. Sebab Fadly Amran dikenal sebagai kepala daerah muda yang memiliki visi ekonomi yang kuat.
Banyak kalangan berkata, bahwa kapasitas yang dimilikinya tidak cukup ditampung oleh kota Padang Panjang yang dia pimpin saat ini. Oleh sebab itu, dengan ruang gerak yang lebih luas di Gebu Minang diyakani Fadly Amran akan mampu mentransformasikan gagasan pemulihan ekonomi Sumbar, sekaligus membuat formula program baru Gebu Minang Sumbar.
Harapan yang tertumpang kepada Fadly Amran ini adalah bagian dari sisa optimisme pihak luar dalam melihat masa depan Gebu Minang secara keseluruhan, yang saat ini, kadang kadang berubah wujud sebagai organisasi masyarakat yang mencari afiliasi kepada partai politik.
Meskipun kecemasan itu belum terbukti, tetapi dengan masuknya Osman Sapta sebagai Ketua Umum DPP HANURA, persepsi Gebu Minang akan dibawa ke ranah politik, tidak bisa tidak, akan sulit terbantahkan.
Inilah yang sejak dahulu menjadi kecemasan dalam pergerakan moral dan kebudayaan di Sumatera Barat, sangat sulit melepaskan dari kepentingan dan interes politik, meski harus diakui bahwa apapun yang akan dilakukan untuk perkembangan daerah membutuhkan dukungan politik, atau setidaknya political will.
*****
Saya menutup tulisan ini dengan sebuah testimoni, bahwa sampai saat ini kita masih belum menemukan resep yang tepat dalam memacu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di daerah yang relevan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Secara fisik dan insfrastuktur kita sudah jauh ketinggalan dari daerah lain. Jika kita pulang dari daerah tetangga maka hati kecil akan berkata, mengapa daerahku tidak berubah ubah juga bentuknya.
Distribusi orang Minang dalam pengambilan posisi keputusan secara nasional juga masih belum terlalu terlihat, jika tidak segan mengatakan, kita mengalami kekosongan figur dalam posisi pengambil keputusan secara nasional.
Secara politik lokal, kita juga belum menemukan tanda tanda dalam bentuk kesiapan membangun Sumatera Barat yang baru.
Saya berharap momentum pelantikan Gebu Minang Sumbar bisa menjadi momentum untuk melihat masa depan peran Gebu Minang sebagai alat ekonomi membangun Sumbar.
Sebagai lembaga, Gebu Minang tidak punya kekurangan dalam mengambil peran pendorong perekonomian Sumbar.
Yang belum pernah dilakukan itu adalah membentuk Gebu Minang berdasarkan instrumen dan perangkat operasionalnya.
Artinya, setiap gagasan itu tidak boleh muncul dan mati di tingkat ketua da pengurus saja. Tetapi ada perangkat yang melakukan pekerjaan sejak dari perencanaan hingga operasional di lapangan.
Jika ada yang bertanya kemudian bahwa Gebu Minang seperti akan mengambil porsi pekerjaan Gubernur Sumbar, saya katakan iya.
Tetapi ini gebernur sewastanya 😀(*)
)*Penulis adalah wartawan dan Pemimpin Umum Harianindonesia dan Pemimpin Redaksi Kabarpolisi.com Jakarta, tetapi berdomisili di Padang Panjang