HARIANINDONESIA.ID – Dalam penulisan buku biografi, penulis sebaiknya jangan terlalu memuja ataupun menghakimi subjeknya.
Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi tentang cara menulis biografi di Jakarta, Kamis 12 Desember 2024 itu dielenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan narasumber Ayu Arman, seorang penulis, editor dan buku biografi yang produktif.
Satrio mengungkapkan, menulis buku biografi memerlukan perhatian khusus untuk menghasilkan karya informatif, menarik, dan menghormati subjek.
Pendekatan yang seimbang dan kreatif akan membuat buku biografi lebih bermakna dan berkesan.
“Hindari menulis terlalu bias yang dapat mengurangi kredibilitas. Terlalu memuja atau terlalu menghakimi, sama-sama bisa mengurangi kredibilitas,” tutur Satrio.
Menurut Satrio, penulis biografi perlu menghadirkan perspektif yang objektif. Meskipun penuh penghormatan, penulis tetap harus menjaga keseimbangan dalam menyampaikan fakta.
“Hindari spekulasi informasi yang tidak diverifikasi,” katanya.
Menurutnya, penulis idealnya mengerjakan riset mendalam dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti wawancara, arsip, dan dokumentasi terpercaya.
“Penulis biografi tak boleh mengabaikan konteks sejarah atau sosial. Seorang tokoh tidak hadir dalam ruang vakum, tetapi dalam konteks tertentu. Jangan lupa mengaitkan kehidupan si tokoh dengan latar belakang zamannya,” katanya.
“Penulis juga perlu membuat kronologi yang jelas. Susun cerita secara runtut agar pembaca mudah mengikuti perjalanan hidup sang tokoh,” tambahnya.
Satrio menyarankan agar penulis biografi berfokus pada momentum penting.
“Soroti peristiwa atau pencapaian signifikan yang membentuk karakter dan kehidupan tokoh,” katanya.
Penulis juga harus memakai narasi menarik yang menghubungkan dengan pembaca secara emosional.
Penulis harus menghindari gaya menulis yang monoton berupa daftar peristiwa. (K) ***