Diskusi SATUPENA, Achmad Fachrodji: Balai Pustaka  Diarahkan Menjadi IP Licensing Company dan Industri Kreatif

  • Bagikan
Achmad Fachrodji.

HARIANINDONESIA.ID – Balai Pustaka sekarang tidak lagi mencetak buku, tetapi diarahkan menjadi intellectual property (IP) licensing company dan bagian dari industri kreatif.

Hal itu diungkapkan Direktur Utama Balai Pustaka, Achmad Fachrodji dalam diskusi Hati Pena di Jakarta, Kamis, 1 Agustus 2024, bertema Pusaka Literasi Indonesia.

Diskusi yang menghadirkan Achmad Fachrodji itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang diketuai Denny JA.

Dalam diskusi itu, Fachrodji mengungkapkan, IP licensing adalah pekerjaan di mana seluruh kekayaan intelektual (intellectual property) Balai Pustaka didata ulang, lalu dipilih judul-judul yang kira-kira bakal laku untuk di-monetized.

“Karya-karya itu lalu dijadikan sinetron, film, game, dan lain-lain, maka masa depan Balai Pustaka justru semakin cerah. Karena kami diarahkan sebagai industri kreatif,” ujar Fachrodji.

“Jadi kira-kira kapan semua itu bisa terjadi? Rencana jangka panjangnya sudah dibuat, tinggal disahkan. Mulai pertengahan 2024 kita sudah beberapa kali bertemu dengan para kreator. Jadi saya masuk menjadi salah satu pengurus Persatuan Produser Film Indonesia,” tambahnya.

“Ketuanya Deddy Mizwar. Saya dewan pengawasnya,” katanya.

Pelaku industri film seperti Raam Punjabi dan Manoj Punjabi juga dilibatkan.

Fachrodji menegaskan, sampai kapan pun Balai Pustaka tidak akan tutup, karena sebagai entitas bisnis, dari presiden, menteri, sampai semua unsur lembaga dan pemerintahan akan berkepentingan.

“Lembaga yang pernah mencerdaskan bangsa kok sampai ditutup,” ujarnya.

Fachrodji memaparkan, jumlah intellectual property Balai Pustaka itu ribuan. Bahkan ketika aktor sinema datang –Lukman Sardi, Garin Nugroho, Hanung Bramantyo—setiap memegang buku Balai Pustaka, mereka selalu bilang bisa dibikin film.

“Yang mereka sebut itu bukan buku terkenal, seperti Sengsara Membawa Nikmat, atau Bawang Merah Bawang Putih. Tetapi seperti cerita rakyat yang berjudul Joko Linglung. Ini menarik sekali untuk dibikin film,” tambahnya.

SIMAK JUGA :  Cerita di Balik Jenderal Kardus vs Jenderal Baper

“Jadi judul-judul yang tidak pernah mendapat pemahaman dari publik itu sekarang kita ungkapkan semua. Ada ratusan cerita rakyat, ada seri tentang kepahlawanan,” ujarnya.

“Kemarin Marcella Zalianty dan kami membuat MoU untuk bikin film Malahayati, laksamana perempuan pertama di dunia yang berasal dari Aceh. Bukunya ada di Balai Pustaka,” kata Fachrodji. (K) ***

  • Bagikan