Siapa Syam Kamaruzaman, Sosok Misterius Dibalik G30S 1965?

  • Bagikan

Sjam Kamaruzaman

Jakarta – Sjam Kamaruzaman, tak banyak yang tahu nama itu. Tokoh penting di balik operasi senyap G30S pada Jumat dini hari 1 Oktober 1965.

Polisi Militer mencatat setidaknya Sjam memiliki lima nama alias, yaitu Djimin, Syamsudin, Ali Mochtar, Ali Sastra, dan Karman. Bahkan saat ia menulis surat untuk adiknya sebelum dieksekusi pada 1986, ia menandatangani surat itu dengan nama Rusman.

Dilansir dari seri buku Tempo berjudul “Sjam Lelaki dengn Lima Alias”, namanya mulai dikenal saat ia bersaksi dalam pengadilan Sudisman, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia atau PKI pada Juli 1967. Sjam adalah kepala Biro Chusus PKI, sebuah badan rahasia yang keberadaannya misterius, setengah dipercaya setengah tidak.

“Biro Chusus bertugas mengurusi, memelihara, dan merekrut anggota partai di tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia secara ilegal,” kata panitera politbiro PKI, Iskandar Subekti, dalam catatannya atas peristiwa 30 September 1965. Sebagai kepala Biro Chusus, Sjam tidak boleh membeberkan identitasya sebagai anggota partai.

Sjam Kamaruzaman sudah seperti intel dalam film, keluarga dan lingkungan sekitarnya hanya mengenal dia sebagai seorang pengusaha pemilik perusahaan genting, bengkel, dan batu kapur. Tapi, sebenarnya ia adalah salah satu anggota PKI yang punya peran besar. Dia juga ikut merencanakan aksi rahasia G30S.

Di dalam penjara, tahanan politik lain bergidik lain setiap kali sesi pemeriksaan datang. Namun, Sjam malah menghadapinya dengan senyuman. Ia memang berhubungan baik dengan aparat militer, bahkan bisa dibilang bagai “teman lama”.

Seorang putranya mengenang saat ia megunjungi ayahnya yang di bui. Sjam Kamaruzaman menempati sel yang besar dan diizinkan memiliki uang satu tas penuh untuk memenuhi segala kebutuhannya.

SIMAK JUGA :  PKB ke Gatot ; Silahkan Kalau Mau Nyapres, Tapi jangan Tuduh Pihak Lain Pro-PKI

Uang itu disinyalir sebagai harga untuk nyanyiannya kepada para peyidik terkait G30S dan PKI. Di penjara, Sjam bak penguasa yang disegani bahkan ditakuti oleh para tahanan. Para tahanan sipil maupun militer bahkan sering meminta nasihat dan perlindungan kepadanya. Ia juga diperlakukan istimewa, meski ditahan ia bebas keluyuran keluar masuk sel.

Ini untuk mencari siapa tahu ada di antara para tahanan yang merupakan ‘tentara binaannya’. Tak heran jika tahanan lain merasa tidak tentram karena nasib mereka bisa ditentukan oleh nyanyian Sjam. Jika Sjam sampai menyebut nama orang, orang itu akan susah nasibnya.

Nyanyian Sjam ini digunakan Tim Pemeriksa Pusat sebaai data inteijen. Kemudiaan data ini dilaporkan kepada Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto sekaligus disusun menjadi berita acara untuk penuntutan di Mahkamah Militer Luar Biasa.

Berkat nyayian Sjam Kamaruzaman, PKI disapu bersih. Setelah sembilan belas tahun bernyanyi tentang G30S dan dimusuhi sesama tahanan politik PKI, nyawanya tamat oleh sebuah bedil pada September 1986.

Source : Tempo.co

  • Bagikan