Pilwako Bandusanak di Kota Payakumbuh, calon Walikota Diminta Adu Gagasan dan Program

  • Bagikan

Ben Ibratama Tanur

HARIANINDONESIA.ID – Tokoh perantau Minangkabau di Jakarta, Ben Ibratama Tanur yang juga wartawan senior dan pendiri Tan Malaka Institute mengingatkan seluruh calon Walikota Payakumbuh agar mengedepankan gagasan dan program dalam kontestasi Pilwako Payakumbuh 2025 – 2030.

“Rakyat kita sangat cerdas. Mereka akan memilih calon Walikota Payakumbuh yang punya gagasan dan program untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat Payakumbuh. Bukan calon yang hobbynya tebar pesona di baliho dan media sosial. Tapi Walikota yang benar-benar memahami aspirasi masyarakat. Walikota yang bisa memajukan Kota Payakumbuh dan Walikota yang benar-benar tahu apa yang dibutuhkan masyarakat, ” kata Ben Ibratama Tanur kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

Menurut Ben Tanur, sebagai kota yang masih rendah pendapatannya seharusnya calon Walikota menyampaikan gagasan dan programnya.

“Ini loh yang mau saya bikin. Misalnya di bidang pendidikan, pariwisata, kuliner atau lapangan kerja. Apa sajalah asal gagasan dan program itu diterima rakyat. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, ” katanya.

Pria kelahiran Kota Payakumbuh ini mengingatkan agar Pilwako dilaksanakan dalam suasana Bandusanak. Pilwako bersaudara. Namun yang terpenting adalah programnya. Mungkin semua calon punya program tapi program yang bagaimana dulu. Program yang secara logika bisa diwujudkan dalam lima tahun. Program yang menyentuh kepentingan masyarakat.

“Kita tahu Payakumbuh itu kota kecil. PADnya kecil. Sumber pemasukan paling kuliner. Sedangkan untuk membangun butuh uang. Nah calon Walikota itu harus mampu membawa investor untuk membangun Kota. Misalnya investasi dalam bidang perhotelan, destinasi wisata dan kuliner dan lain-lain. Walikota harus gesit punya pengalaman dan jaringan luas di Jakarta, ” kata Ben Tanur yang juga owner beberapa media online dibawah naungan Kabar Media Group

Yang lebih strategis lagi, Walikota Payakumbuh ke depan harus ada kerjasama antara Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota. Karena Kota Payakumbuh ini dikelilingi oleh Kabupaten 50 Kota dengan wilayah jauh lebih luas Kabupaten 50 Kota sangat potensial sebagai sentra pertanian, peternakan, perikanan dan mungkin juga pertambangan.

“Akuilah Kabupaten 50 Kota itu jauh lebih kaya dari kota Payakumbuh. Jauh lebih luas. Jauh lebih potensial. Cuma belum digarap dengan maksimal. Makanya diperlukan sinergitas antara Walikota Payakumbuh dan Bupati Kabupaten 50 Kota. Selama ini kan jalan masing-masing saja, ” kata pendiri Tan Malaka Institute (Pusat Kajian Pemikiran dan Perjuangan Politik Pahlawan Nasional Tan Malaka)

Menurut Ben jauh lebih sulit mengurus Kota Payakumbuh dibanding Kabupaten 50 Kota. “Payakumbuh itu miskin. Wilayah kecil pendapatan daerah tak jelas pula. Kalau gak dibantu Pemerintah Pusat bayar gaji ASN saja mungkin tidak mampu, ” ujar Ben Tanur

SIMAK JUGA :  YB Datuak Parmato Alam dan Ahmad Ridha Berpeluang Besar Menangkan Pilwako Payakumbuh

“Tak mudah jadi Walikota Payakumbuh itu bos. Ini bukan ajang coba-coba. Lebih 100 ribu rakyat Payakumbuh butuh peningkatan kesejahteraan dan terbukanya lapangan kerja. Rakyat Payakumbuh butuh Walikota bisa menjadi pelayan mereka, ” kata Ben.

“Makanya saya bingung juga. Kenapa sih orang berlomba lomba jadi calon Walikota dan Wakil Walikota. Apa yang mereka cari? PAD kecil APBD lumayan besar. Apa ini adalah ajang coba-coba. Adu gengsi. Atau menang syukur kalah tak apa2. Itu kan namanya coba-coba. Coba tunjukkan gagasan besar kalian untuk mensyarat Kota Payakumbuh. Mari beradu gagasan dan program, ” tegas Ben Tanur mantan Anggota Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) Pemilu 1999.

Menurut Ben Tanur karena sudah ada lima calon Walikota dan lima calon wakil Walikota yang sudah terdaftar di KPU Payakumbuh, silahkan berkontestasi secara badunasanak. Adu program. Adu gagasan dan rakyat yang akan menjadi hakimnya pada hari pencoblosan nanti.

Ben Tanur mengingatkan calon Walikota sebaiknya menghindari money politik atau politik uang.

“Kalau ada calon Walikota untuk mendapatkan suara dengan cara menyogok calon pemilih, yakinlah jika calon ini menang tidak akan pernah memikirkan nasib rakyat. Bagi dia yg penting modal uang balik. Inilah yang kemudian masuk radar penegak hukum. Dan akhirnya akan berakhir di penjara, tegas mantan Wakil Ketua PDI Kota Padang tahun 1989 itu.

Ben mengajak warga menolak politik uang. Kalau pun kemudian ada yang memainkan politik uang. “Terima uangnya tapi jangan coblos dia. Masa Anda sebagai pemilih dihargai dengan uang 50 atau 100 ribu untuk lima tahun. Sangat rendah dan memalukan.”

Ben Tanur mengingatkan agar calon Walikota, calon wakil walikota dan Tim Suksesnya agar tidak melakukan black campaign kampanye hitam terhadap kompetitornya.

“Udah lah. Mari bongkar isi kepala. Sampai kan gagasan dan program dalam Pilwako kali ini. Mari kita lihat siapa yang serius jadi calon Walikota atau siapa yang sekedar coba-coba. Mari kita lihat siapa Walikota yang akan jadi pelayan rakyat. Karena ama-sama orang Payakumbuh sebaiknya jangan pernah melakukan kampenye hitam terhadap kandidat lainnya. Kampanye hitam itu tidak mendidik.itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mampu bersaing dalam gagasan dan program,” tegas Ben Tanur.

Sebagai catatan lima calon Walikota dan Wakil Walikota Payakumbuh. Yendri Bondra Datuak Parmato Alam – Ahmad Ridho, Almasyar-Joni Hendri, Supardi – Tri Venindra, Zulmaeta – Ezadaswarman dan Erwin Yunaz – Fahlevi Mazni.

Editor: Habil Muhari

  • Bagikan