BEKASI – Baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan, ganja (Cannabis sativa) dapat digunakan untuk membantu mengobati komplikasi yang berpotensi kematian dari Covid-19.
Para peneliti di University of South Carolina (USC) melakukan tiga penelitian secara bersamaan pada tikus.
Ditemukan bahwa salah satu senyawa kimia pada ganja Tetrahydrocannabinol (THC) yang memberi efek samping halusinasi dan gangguan pikiran, dapat membantu mencegah respons imun berbahaya yang menyebabkan Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS).
ARDS adalah salah satu komplikasi paling umum yang terjadi pada pasien Covid-19. Ini bisa berakibat fatal dan menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru.
Tujuan dari penelitian di USC adalah untuk melihat apakah THC dapat memblokir respon imun yang menyebabkan ARDS berkembang, dengan memasukkan racun ke dalam tikus yang memicu respon tersebut.
Dalam lusinan percobaan di ketiga penelitian tersebut, semua tikus yang diberi THC dapat bertahan hidup, sedangkan tikus yang tidak diberi senyawa tersebut mati.
Para peneliti memperingatkan, penelitian mereka masih jauh dari konklusif dan menekankan bahwa mereka tidak menyarankan mengkonsumsi ganja sebagai obat Covid-19 untuk saat ini.
Namun, mereka mengatakan penelitian ini menunjukkan bahwa THC sangat menjanjikan sebagai pengobatan untuk virus mematikan yang telah menewaskan lebih dari 209.000 orang di Amerika Serikat (AS) dan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia.
Prakash Nagarkatti, salah satu penulis studi USC tersebut menjelaskan detil terkait penelitian yang dilakukannya bersama dengan rekan-rekannya dalam sebuah wawancara dengan The State.
“Mekanisme yang mendasarinya adalah sistem imun Anda akan menjadi kacau dan mulai menghancurkan paru-paru Anda dan semua organ Anda yang lain,” ucap Nagarkatti, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Daily Mail, Senin, 5 Oktober 2020.
Nagarkatti mengumpamakannya seperti sebuah mobil yang selalu digas, tapi remnya tidak berfungsi. Pada akhirnya mobil itu akan mengalami kecelakaan karena Anda tidak dapat menghentikannya, itulah yang terjadi dengan ARDS.
ARDS adalah bentuk paru-paru gagal yang terjadi ketika pembuluh darah kecil di paru-paru mulai mengeluarkan cairan, sehingga menghalangi proses pertukaran oksigen dari aliran darah.
Saat sistem imun bekerja terlalu keras untuk melawan virus corona, mereka akan mulai menyerang sel-sel sehat disekitarnya.
Studi USC menemukan bahwa THC dapat membantu menekan respons imun tubuh sekaligus meningkatkan bakteri sehat di paru-paru.
Temuan itu sangat menjanjikan, sehingga para peneliti saat ini memulai uji coba pada manusia untuk memeriksa lebih lanjut potensi dan seberapa efektif senyawa tersebut dalam memerangi virus corona.
Nagarkatti menekankan sekali lagi bahwa penelitian yang dilakukan oleh timnya, sama sekali tidak menganjurkan orang untuk menggunakan ganja jika mereka terkonfirmasi positif virus corona.
“Saya hanya ingin memastikan, ‘ganja baik untuk Covid-19’ maksud kami adalah senyawa yang dikandungnya dapat berpotensi untuk sembuhkan virus tersebut,” kata Nagarkatti.
Sebuah studi lain oleh para peneliti di Israel juga menemukan bahwa senyawa terpene dalam ganja juga dapat digunakan untuk mencegah sindrom badai sitokin, respons peradangan yang dapat menyebabkan demam, kelelahan, dan muntah pada pasien Covid-19.
Hasil dari studi tersebut, yang diterbitkan pada bulan Agustus, menemukan bahwa senyawa terpene dua kali lebih efektif dalam menekan badai sitokin daripada Dexamethasone.
Studi lain yang diterbitkan oleh para peneliti Kanada pada bulan Juni menemukan bahwa jenis ganja tertentu dapat membantu memblokir virus memasuki tubuh manusia. (Redaksi)
Credit photo: DW