Myanmar Dihantam Gempa Dahsyat,Gedung di Thailand Ikut Ambruk

JAKARTA – Sebuah tragedi gempa berkekuatan 7,7 Magnitudo menghantam negara Myanmar, Jumat (28/3). Istana Mandalay dan jembatan, serta fasilitas di negara junta itu rusak parah.

Besarnya efek gempa di Myanmar sampai terasa ke Thailand. Sebuah gedung yang dalam proses pembangunan ambruk dan rata dengan tanah. 43 orang dilaporkan terjebak dalam reruntuhan gedung.

Ratusan warga Myanmar diduga meninggal dan mengalami luka berat serta ringan. Namun sejauh ini pihak KJRI Myanmar masih belum mendapat kabar ada WNI yang terkena dampak gempa.

Gempa di Myanmar menurut laporan sejumlah media lokal dan internasional telah memicu kerusakan di berbagai daerah, termasuk tempat-tempat bersejarah hingga fasilitas umum vital, termasuk rumah sakit berkapasitas 1.000 tempat tidur.

Diberitakan Myanmar Now, seorang saksi mata melaporkan bahwa Istana Mandalay yang bersejarah mengalami kerusakan parah akibat gempa berkekuatan tinggi tersebut.

Istana yang menjadi kediaman raja terakhir Burma tersebut terletak di Mandalay.

Kerusakan juga menimpa jembatan di kota Sagaing. Bahkan, jembatan itu dilaporkan runtuh total akibat gempa dahsyat tersebut.

Gempa menyebabkan kerusakan-kerusakan lain di wilayah sekitar Mandalay dan Sagaing. Sebut saja Kyaukse, Pyin Oo Lwin, dan Shwebo yang sudah melaporkan bahwa getaran terasa signifikan.

Beberapa kawasan itu juga dihuni puluhan hingga ratusan ribu penduduk, seperti Kyaukse dengan populasi sekitar 50.480 orang dan Pyin Oo Lwin mencapai 117.303 orang.

Berdasarkan Pusat Penelitian Geosains Jerman (GFZ), gempa terjadi pada kedalaman 10 km (6,21 mil) dengan episentrum di dekat kota Mandalay.

Gempa juga dilaporkan mengguncang berbagai negara tetangga Myanmar, termasuk Thailand dan China.

Pusat Jaringan Gempa China (China Earthquake Networks Center/CENC) melaporkan getaran terasa di Provinsi Yunan, barat daya China.

“Getaran terasa di Yunan,” unggah CENC di media sosial, seperti dikutip AFP.

Penjelasan Junta Militer

Junta militer Myanmar mengonfirmasi banyak korban jiwa dan terluka setelah gempa dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo.

“Banyak warga sipil tewas dan cedera” akibat gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter yang melanda Myanmar bagian tengah,” menurut media pemerintah Myanmar, MRTV, yang dikutip dari CNN.

“Beberapa orang yang terluka dirawat di rumah sakit di pusat Kota Sagaing dan Mandalay dekat episentrum (gempa), serta di ibu kota Napyidaw,” lanjut MRTV.

Rumah sakit tersebut membutuhkan darah karena banyak korban terluka parah. “Oleh karena itu, para pendonor darah diminta untuk segera menghubungi rumah sakit terkait untuk disumbangkan,” kata MRTV.

Sementara itu, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengatakan laporan awal menunjukkan “kerusakan signifikan,” usai gempa 7,7 magnitudo.

“Pikiran kami bersama semua orang yang terkena dampak peristiwa ini,” kata Christina Powell, Pejabat Urusan Kemanusiaan untuk OCHA dalam sebuah email, dikutip dari CNN.

Daerah yang paling terdampak berada di pusat negara, di wilayah Mandalay serta Nay Phi Taw, Bago, Magway, Sagaing, Shan, dan daerah lainnya. Episentrum gempa terletak di daerah Mandalay.

“Kami sedang mengumpulkan informasi tentang orang-orang yang terkena dampak, kerusakan infrastruktur, dan kebutuhan kemanusiaan yang mendesak untuk memandu tanggapan dan akan membagikan lebih banyak pembaruan saat informasi tersedia,” kata Powell.

Dari Thailand dilaporkan, 43 orang terjebak usai gedung yang sedang dibangun untuk kantor pemerintah ambruk imbas gempa dengan berkekuatan 7,7 magnitudo di Myanmar.

Gempa terasa di sejumlah wilayah di Thailand termasuk Ibu Kota Bangkok.

Polisi dan petugas medis mengatakan 43 orang terjebak di gedung tersebut, demikian dikutip AFP.

Gedung tersebut menjadi puing-puing dan logam terpelanting dalam hitungan detik.

Dalam video yang beredar di internet gedung dominasi putih berdiri tegak lalu tiba-tiba bergetar dan kolaps seketika.

Di rekaman itu terlihat pula asap atau debu mengepul. Warga bergegas berlarian. Beberapa dari mereka terdengar terbatuk-batuk.

Petugas penyelamat Thailand masih berusaha mencari tahu jumlah orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan gedung yang sedang dibangun di Bangkok setelah 4 jam gempa dahsyat mengguncang Myanmar.

Guncangan tersebut terasa hingga ke sejumlah wilayah di Thailand terutama Bangkok.

Gempa di Myanmar terjadi sekitar pukul 12.50 waktu setempat. Perbedaan waktu Bangkok dan Naypyidaw atau Sagaing, pusat gempa, sekitar 30 menit.

Institut Kedokteran Nasional (National Institute of Emergency Medicine/NIEM) mengatakan 20 pekerja terjebak di lift gedung. Puluhan orang juga belum bisa dihubungi.

NIEM juga belum bisa memastikan jumlah orang yang tewas.

Sebelumnya dilaporkan tiga orang tewas, 83 orang terjebak, dan 50 lainnya mengalami luka-luka.

Sebuah gedung yang sedang dibangun ambruk imbas gempa yang berpusat di Myanmar.

Bangunan itu diidentifikasi sebagai Kantor Audit Negara baru untuk Kerajaan Thailand.

Pejabat mengatakan sekitar 320 orang berada di lokasi konstruksi Taman Chatuchak saat gedung runtuh.

Tak cuma di Thailand, gempa juga terasa hingga ke China.

Beberapa laporan menyebut India ikut terdampak imbas gempa ini.

SIMAK JUGA :  Salah Paham, Warga Sijunjung Blokir Jalinsum Arah Riau

Namun, sejauh ini belum ada laporan soal korban di negara-negara yang terdampak termasuk di Myanmar.

Mesjid Runtuh, 10 Tewas

Sementara itu, sedikitnya 10 orang tewas ketika sebuah masjid runtuh di Mandalay setelah gempa bumi dahsyat 7,7 M mengguncang Myanmar pada Jumat, menurut media lokal Khit Thit.

Seperti dilansir Xinhua, Gempa bumi tersebut menyebabkan kerusakan besar” pada beberapa bangunan, termasuk benteng bertembok Istana Mandalay.

Beberapa bangunan di Wilayah Mandalay runtuh, sementara beberapa jalan yang menghubungkan Mandalay dan Yangon rusak atau terhalang, sehingga mengganggu transportasi.

Reporter Xinhua di Yangon melaporkan bahwa getarannya sangat terasa di ibu kota Nay Pyi Taw dan kota terbesar di Yangon. Beberapa sekolah dan gedung perkantoran di Nay Pyi Taw juga dilaporkan runtuh.

Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar mengatakan operasi penyelamatan telah dilakukan sebagai respons terhadap gempa bumi tersebut.

Komite Penanggulangan Bencana Nasional Myanmar mengumumkan keadaan darurat di enam wilayah di negara Asia Tenggara tersebut.

Belum ada Laporan WNI

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyebut belum ada informasi terkait korban WNI akibat gempa dahsyat 7,7 M di Myanmar maupun di Thailand.

Kemlu mengatakan telah berkoordinasi dengan KBRI Yangon dan KBRI Bangkok.

“Berdasarkan komunikasi dengan komunitas Indonesia, hingga saat ini belum terdapat informasi adanya korban WNI, baik di Myanmar dan di Thailand,” kata Direktur Perlindungan WNI Kemlu Judha Nugraha dalam pernyataan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (28/3).

Berdasarkan catatan Kemlu, terdapat 250 WNI di Myanmar. Dari laporan KBRI Yangon, sejauh ini sejumlah WNI di wilayah Mandalay dalam keadaan baik.

Sementara itu, ada sebanyak 2.379 WNI yang menetap di Thailand.

KBRI Bangkok juga belum mendapat laporan WNI yang jadi korban gempa.

Akibat gempa, pemerintah Myanmar menetapkan status darurat bencana.

Untuk wilayah Thailand, PM Thailand Paetongtarn Shinawatra sudah menetapkan Bangkok sebagai zona darurat.

Dia juga memerintahkan otoritas terkait untuk mengeluarkan peringatan nasional, pemberitahuan publik via SMS dan media serta mobilitas militer. Baik bandara, rumah sakit maupun layanan transportasi semua disiagakan.

“KBRI Yangon dan KBRI Bangkok menghimbau kepada para WNI utk tetap waspada atas gempa susulan dan segera menghubungi hotline KBRI jika menghadapi keadaan darurat,” kata Judha.

Dahsyat dari Gempa 2024

Seorang warga setempat menyebut gempa kali ini lebih dahsyat daripada gempa dan tsunami pada 2004 silam.

Gempa 7,7 magnitudo mengguncang wilayah Mandalay, Myanmar, dan beberapa kota lainnya. Getaran gempa pun terasa sampai China dan Thailand.

“Gempa hari ini jauh lebih kuat dari itu. Saya belum pernah merasakan intensitas gempa seperti itu dalam hidup saya,” ungkap Htet Ko (50) yang merupakan warga Mandalay, seperti dilaporkan CNA.

Htet Ko berkata ketika gempa dirinya berada di lantai dasar di rumahnya yang terdiri dari dua lantai. Ia mendengar keributan di luar rumah dan merasakan getaran hebat sampai-sampai ia merasa seperti mau jatuh. Saat melihat ke atas, Htet Ko melihat langit-langit bergetar.

“Gempa pertama berlangsung cukup lama. Saya merasa sangat takut. Segala sesuatu di sekitar saya bergoyang dan berguncang hebat. Saya merasa pusing saat berdiri di tanah tetapi akhirnya harus duduk,” ungkapnya.

Gempa terjadi sekitar pukul 13.20 WIB. Dari hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) episenter gempa terletak pada kedalaman 10 km.

Dilihat dari lokasi episentrum dan kedalaman hiposenter, gempa merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Besar Sagaing.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme mendatar (strike-slip),” kata Direktur Gempa Bumi BMKG Daryono dalam keterangan tertulis, Jumat (28/3).

Sejauh ini, korban tewas di Myanmar tercatat tiga orang dan di Thailand tiga orang. Namun jumlah diperkirakan bertambah karena situasi masih berkembang.

Minta Bantuan Kemanusiaan

Terkait musibah gempa, Junta militer Myanmar meminta bantuan kemanusiaan dari komunitas internasional.

“Kami ingin komunitas internasional memberi bantuan kemanusiaan sesegera mungkin,” kata juru bicara junta Zaw Min tun di rumah sakit di Naypyidaw ke AFP.

Zaw menemani kepala junta Min Aung Hlaing berkunjung ke rumah sakit di ibu kota itu untuk memantau kondisi korban gempa.

Jubir itu juga mengatakan perlu donasi darah untuk pasien di Mandalay, Naypyidaw, dan Sagaing.

Sejak junta mengambil alih kekuasaan situasi di Myanmar tertutup dan informasi soal negara ini terbatas.

Namun, rumah sakit di Naypyidaw tampak kewalahan. Fasilitas kesehatan ini memiliki 1.000 tempat tidur, tetapi banyak pasien dirawat di luar bahkan halaman rumah sakit.

Beberapa terlihat meronta kesakitan, yang lain tampak tak berdaya.

Selain meminta bantuan internasional, junta juga mendeklarasikan status darurat di enam wilayah mencakup Sagaing, Mandalay, Magway, negara bagian Shan, Naypyidaw, dan Bago. (*)

Dari berbagai sumber
Awaluddin Awe
awal.batam@gmail.com