JAKARTA – Jelang Bulan Ramadhan 1442 Hijriah banyak berseliweran ucapan permintaan maaf maupuan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan di media sosial. Fenomena itu lazim terjadi tiap momen spesial termasuk menjelang datangnya Bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi.
Permintaan maaf pada dasarnya sangat baik dan dianjurkan oleh agama. Permintaan maaf pun sebenarnya tidak ada batasan waktu atau dibatasi waktu misalnya saat Hari Raya Idul Fitri ataupun momen jelang Ramadhan seperti sekarang ini.
Karena itu, tidak sedikit yang kemudian melabeli permintaan maaf jelang Ramadhan adalah perbuatan bid’ah.
Direktur Rumah Fiqih Indonesia Utzasz Ahmad Sarwat LC mengatakan, tidak ada dalil yang sharih dan eksplisit tentang perintah atau anjuran untuk saling bermaafan menjelang Bulan Ramadhan.
“Oleh karena itulah ada sebagian kalangan dari umat ini yang langsung mencap fenomena itu sebagai bid’ah. Sebab dalam pandangan mereka, pengertian bid’ah adalah sebatas tidak adanya dalil eksplisit atas suatu masalah yang berkembang di tengah masyarakat,” kata Ahmad Sarwat dikutip iNews.id dari laman rumahfiqih, Minggu (11/4/2021).
Pendapat seperti ini, kata dia, tidak bisa disalahkan, lantaran memang ada versi pengertian tentang bid’ah yang sesempit itu. Walau pun sebenarnya versi pengertian bid’ah itu sangat banyak.
“Sebenarnya meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain adalah pekerjaan yang sangat dianjurkan dalam agama. Semua ulama sepakat akan hal ini, termasuk yang membid’ahkannya bila dilakukan menjelang Ramadhan atau di hari Raya Fithri,” katanya.
Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS Al-A’raf: 199).
فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ
Maka maafkanlah dengan cara yang baik. (QS Al-Hijr: 85)
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا
Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada (QS An-Nuur: 22)
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 134)
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (QS Asy-Syura: 43)
Secara umum saling bermaafan itu dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu momen Ramadhan atau Idul Fithri. Karena memang tidak ada hadits atau atsar yang menunjukkan ke arah sana.
“Namun kalau kita mau telusuri lebih jauh, mengapa sampai muncul trend demikian, salah satu analisanya adalah bahwa bulan Ramadhan itu adalah bulan pencucian dosa,” katanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang hal itu.
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Siapa yang menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka Allah telah mengampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalau Allah SWT sudah menjanjikan pengampunan dosa, maka tinggal memikirkan bagaimana meminta maaf kepada sesama manusia. Sebab dosa yang bersifat langsung kepada Allah SWT pasti diampuni sesuai janji Allah SWT, tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia?
Jangankan orang yang menjalankan Ramadhan, bahkan mereka yang mati syahid sekalipun, kalau masih ada sangkutan dosa kepada orang lain, tetap belum bisa masuk surga. Oleh karena itu, biar bisa dipastikan semua dosa terampuni, maka selain minta ampun kepada Allah di bulan Ramadhan, juga meminta maaf kepada sesama manusia, agar bisa lebih lengkap. Demikian latar belakangnya.
Maka meski tidak ada dalil khusus yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melakukan saling bermafaan menjelang Ramadhan, tetapi tidak ada salahnya bila setiap orang melakukannya. Informasi ini dikutip dari Inews (Naff)