Menko Polhukam yang juga Cawapres Nomor Urut 3, Prof Mahfud MD memberikan kuliah kebangsaan di Pondok Pesantren Tahfidz Nurul Hidayah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (27/12/2023). Pada kesempatan itu Mahfud membahas soal perbedaan agama dan Ras dalam pandangan Islam dan Kebangsaan. (Foto : TPNGM)
SUKABUMI, JAWA BARAT – Harianindonesia.id : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, memberikan kuliah kebangsaan di Pondok Pesantren Tahfidz Nurul Hidayah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (27/12/2023).
Mahfud MD yang maju sebagai Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3, dalam satu sesi penyampaiannya menegaskan bahwa Allah bisa saja menciptakan manusia dari satu agama dan satu Ras saja.
“Tetapi Allah sengaja menciptakan banyak agama dan Ras sebagai bentuk ujian terhadap manusia untuk menyikapi perbedaan itu,” ujar Mahfud MD.
Menurut Mahfud, penghargaan terhadap perbedaan agama dan Ras dalam agama Islam disebut sebagai pengakuan terhadap kebesaran Allah.
Dan, kesadaran akan adanya perbedaan dalam konsep kebangsaan disebut dengan sikap toleransi.
“Jadi keislaman dan keindonesiaan menuntun agar orang Indonesia toleran terhadap perbedaan karena perbedaan itu ciptaan Allah,” kata Mahfud dalam Silaturahmi Mama Sepuh dan Ajengan Anom se-Sukabumi Raya dan Cianjur itu.
Ia mengingatkan, kalau Allah SWT mau tentu manusia diciptakan satu agama dan satu ras saja.
Tapi, Mahfud menekankan, Allah sengaja menciptakan kita berbeda untuk menguji manusia berlomba-lomba dalam kebaikan.
“Jadi, pastikan kita ini orang Indonesia, keislaman kita melebur dengan keindonesiaan kita, dan keindonesiaan itu artinya Bhineka Tunggal Ika,” ujar Mahfud.
Mahfud mengingatkan, setiap orang Indonesia memiliki tujuan yang sama, Indonesia merdeka dan Indonesia yang maju.
Karenanya, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu harus sama-sama menjaga toleransi.
Mengutip lirik dari lagu Ya Lal Wathan, Mahfud mengingatkan, keislaman dan keindonesiaan itu bersatu padu.
Bahkan, liriknya menegaskan kalau cinta kepada Tanah Air bagian dari iman karena Indonesia Tanah Air kita.
“Keindonesiaan dan keislaman itu bersatu, Indonesia produk kesepakatan ulama, sehingga Indonesia harus menyatu, keislaman dan keindonesiaan harus ada dalam satu ramuan, cinta Islam dan cinta Tanah Air Indonesia,” kata Mahfud.
Hal itu pula yang membuat Islam yang dianut ahlussunnah wal jamaah dan pondok pesantren yaitu Islam wasathiyah.
Artinya, Islam jalan tengah, Islam yang adil dan salah satu kuncinya memperlakukan semua orang sama.
“Meskipun agama dan suku berbeda, tapi harus bersatu, Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik, Konghucu bersatu, ini Indonesia, bersaudara,” ujar Mahfud.
Sebelumnya, kedatangan Mahfud disambut nyanyian thola’al badru dan iringan hadroh dari santri-santri.
Mahfud mendapatkan pula sorban putih yang dikalungkan langsung Pimpinan Ponpes Nurul Hidayah, KH Ujang Jamaludin. (*)
Awaluddin Awe