Kombes Pol (P) Mukhlis Mansyur Ditunjuk jadi Ketua PW Sarekat Islam Sumbar

  • Bagikan

PRESIDEN SI Hamdan Zoelva menyerahkan SK sebagai Ketua DPW SI Sumbar kepada Kombes Pol (P) Mukhlis Mansyur SIk di Gandaria 8 Office Tower, Jakarta, Senin (25/9). (Foto : dokumen pribadi)

JAKARTA (Harianindonesia.id) – Mantan Kepala Biro Logistik Polda Sumatera Selatan Kombes Pol (P) Mukhlis Mansyur SIk menerima amanah menjadi Ketua PW Sarekat Islam Sumbar.

Penyerahan Surat Keputusan PP Sarekat Islam Indonesia kepada ayah mantan bakal Calon Bupati Padang Pariaman Rahmad Hidayat ini dilakukan sendiri oleh Presiden/Lajnah Tanfidzyah Sarekat Islam Dr. Hamdan Zoelva SH, MH, Senin (25/9/2023) bertempat di Gandaria 8 Office Tower, Jakarta.

Dari SK yang diserahkan Hamdan Zoelva tercatat sebagai Sekretaris PW Sarekat Islam Indonesia Sumbar adalah Drs Suhaili MH dan Bendahara Irvan Guswandi ST.

“Daftar nama kepengurusan lengkap PW Sarekat Islam Sumbar akan diumumkan pada saat pengukuhan nanti. Saya mendapat amanah dari Presiden Sarekat Islam Indonesia bapak Hamdan Zoelva untuk secepatnya melakukan pelantikan. Itu amanah beliau saat penyerahan SK tadi,” papar Mukhlis melalui jaringan WA pribadinya, Senin malam.

Kombes Mukhlis Mansyur menyebutkan bahwa pelantikan pengurus baru Sarekat Islam Sumbar akan diusahakan terlaksana pada bulan Oktober mendatang.

Dia berharap pelantikan itu bisa dilaksanakan sesuai jadual tersebut. Namun Mukhlis tetap memperhitungkan berbagai hal yang bisa menunda jadual pelantikan itu. “Tapi saya secara pribadi berharap pelantikan bisa dilakukan pada bulan Oktober mendatang,” paparnya.

Ladang Pengabdian baru

Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Mukhlis Mansyur menjelaskan bahwa dirinya menerima amanah menjadi Ketua DPW Sarekat Islam Sumbar karena didorong keinginan mengabdi untuk kepentingan umat semata.

Dalam pandangan Mukhlis, organisasi Sarekat Islam sangat tepat bagi dirinya dijadikan sebagai ladang pengabdian baru, karena memiliki arah dan cita cita yang luhur yakni membangun ekonomi umat.

“Jika di Polri dulu saya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, maka di Sarekat Islam saya bisa membangun kekuatan ekonomi umat. Dan itu memang sudah menjadi cita cita saya saat pensiun dari Polri,” ujar putra Padang Pariaman kelahiran Pauh Kamba ini.

Dia berharap dukungan dari semua pihak untuk bisa membangun dan mengembangkan jaringan organisasi Sarekat Islam di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Barat, sebagaimana diamanatkan DPP Sarekat Islam Indonesia.

DPW Sarekat Islam Sumbar merupakan organisasi tingkat propinsi pertama yang didirikan di Sumatera pada Era Presiden SI Hamdan Zoelva. DPP Sarekat Islam Indonesia berkepentingan besar membangun jaringan di Sumatera Barat, karena sejarah perkembangan Sarekat Islam sejak awal banyak diisi nama dan tokoh terkemuka dari Sumatera Barat.

Sejarah Sarekat Islam

Sarekat Islam (SI) merupakan salah satu pergerakan massa di tahun 1900-an. Seiring bergulirnya waktu, SI berkembang menjadi organisasi yang ditakuti oleh kolonial Belanda lantaran aktivitas politiknya yang sangat menonjol, demikian tulis Detik.edu.

Sarekat Islam juga bergerak dalam bidang perekonomian terutama perniagaan. Lantaran sebelumnya merupakan kelompok himpunan dagang. Tak hanya itu, SI melebarkan sayapnya pula ke beberapa sektor lain, seperti sosial dan pendidikan.

Selama pergerakannya, SI selalu memperjuangkan keadilan bagi rakyat Indonesia yang tertindas oleh pemerintahan Belanda serta oknum-oknum lain.

Mengutip publikasi milik UNJ, Sarekat Islam sebelumnya adalah perkumpulan para pedagang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dibentuk pada 11 November 1911 di Solo. Pendirinya adalah H. Samanhudi, seorang pedagang muslim kaya asal Surakarta.

Terbentuknya SDI dilatarbelakangi oleh keinginan untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa yang kala itu memonopoli perdagangan batik di Solo. Praktik monopoli ini membuat para pedagang lokal merugi dan kesulitan dalam menentukan harga.

Dengan begitu, lahirnya organisasi ini memiliki tujuan untuk menggalang kerja sama di antara para pedagang muslim demi memajukan perniagaan pribumi dan menyaingi pedagang etnis Cina waktu itu.

Dalam perkembangan SDI, Samanhudi berkooperasi dengan R. M.Tirtoadisuryo. Namun jalinan kerja sama antar keduanya tak berlangsung lama karena terjadi perseteruan yang menyebabkan aktivitas SDI menurun.

Agar organisasi bisa terus berlanjut, Samanhudi meminta H. O. S. Tjokroaminoto untuk mengorganisir perkumpulan dagang miliknya itu. Ia pun setuju dan kemudian membuat akta hukum organisasi baru yang bernama Sarekat Islam.

Demikian SI terbentuk pada tahun 1912 dengan Tjokroaminoto menjadi ketua baru menggantikan Samanhudi.
Adapun perubahan nama yang terjadi dimaksud agar keanggotaan himpunan tak sebatas golongan pedagang, melainkan dapat mencakup seluruh masyarakat.

Selain itu, dengan berganti dan bertransformasi membuat organisasi ini tidak hanya bergerak di bidang perekonomian, tetapi juga melebarkan sayap ke sektor politik dan sosial budaya yang didasari oleh ajaran Islam.

SI kemudian menjadi perkumpulan yang berorientasi untuk kepentingan bangsa, negara, serta agama. Dalam waktu singkat, organisasi ini menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dan terkenal dengan gerakan nasionalis, demokratis, religius, dan ekonominya.

Kala itu Sarekat Islam bagaikan kumpulan suara yang ingin melawan semua ketidakadilan yang menimpa rakyat Indonesia. Meski dalam anggaran dasar tidak tercantum bahwa SI punya tujuan politik, tetapi SI terlihat memperjuangkan hak-hak dari berbagai pergerakannya.

SIMAK JUGA :  UniNet Media Sakti Terobos Pasar Sumbar dan Sumatera, Marlis : Kami Bidik Pasar Ritail dengan Harga Lebih Kompetitif

Tak lagi terelakkan bahwa SI menjadi himpunan yang mengupayakan keadilan serta menekan penindasan dan pemerasan oleh pemerintah Belanda, saudagar Cina, maupun kalangan bangsa sendiri yang bekerja untuk kolonial.

Melihat kekuatan, keberanian, dan aktivitas Sarekat Islam yang mengandung unsur-unsur revolusioner, pemerintah Belanda khawatir hingga bersikap waspada. Mereka bahkan mengawasi setiap langkah organisasi ini dengan cermat.

Tujuan Dibentuknya Sarekat Islam

Bertransformasinya SDI menjadi SI tentu memiliki tujuan khusus. Tujuan Sarekat Islam yang termuat pada anggaran dasarnya dinukil dari jurnal milik IAIN Manado, yakni sebagai berikut:
Ingin membina kerja sama antar sesama anggota, Menciptakan kerukunan dan tolong menolong di antara anggotanya, Merumuskan sejumlah upaya halal yang tidak bertentangan dengan aturan pemerintah, Mewujudkan kehidupan yang makmur serta sejahtera bagi rakyat Indonesia, Memajukan perdagangan, dan Memajukan kepentingan pendidikan rakyat.

Bentuk-bentuk Perjuangan Sarekat Islam

Dalam perkembangannya, SI bergerak pada sejumlah aspek kehidupan masyarakat. Antara lain:

1. Aspek Ekonomi

Sebelumnya SI adalah organisasi dagang, bentuk perjuangan Sarekat Islam dalam segi ekonomi kemudian terus berlanjut. Terlebih, perdagangan rakyat kala itu tengah diatur oleh pemerintahan kolonial belanda dan Cina. Karena itu fokus pergerakan SI masih mencakup aspek ini.

Adapun upaya yang dilakukan SI dalam perekonomian, meliputi pembentukan sejumlah ikatan kaum buruh. Contohnya Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB) pada tahun 1916, perkumpulan Vereniging Inheems Personeel B.O.W, serta himpunan para supir di seluruh Jawa.

2. Aspek Politik

Sarekat Islam juga melebarkan sayapnya ke aspek politik. Dengan menerbitkan surat kabar yang dinamakan Utusan Hindia, SI coba menyebarkan propaganda perjuangan.

Selain itu, perjuangan Tjokroaminoto untuk memperoleh status badan hukum bagi SI juga dipandang sebagai langkah politik jitu yang diambilnya. Dengan pengakuan itu, Sarekat Islam bisa mendapatkan sejumlah keuntungan politis, seperti punya wewenang dalam melakukan tindakan hukum perdata.

3. Aspek Dakwah

Sejak didirikan, organisasi ini sudah mengarahkan pergerakannya dalam bidang dakwah dengan melabelkan agama pada nama himpunannya. Meski aktivitas dakwahnya tidak dilakukan secara intensif, namun tetap program SI ditujukan untuk keperluan lingkungan anggotanya yang muslim.

4. Aspek Sosial

Bentuk perjuangan Sarekat Islam terlihat pula pada aspek sosial yang memberantas sejumlah penyakit yang tersebar di masyarakat, yakni perjudian, meminum minuman keras, pencurian, mencela, hingga kecanduan.
Selain itu, SI juga coba menghapus adat feodal Jawa yang merendahkan martabat manusia, seperti kebiasaan memberi hormat dengan berjongkok dan mencium kaki para pembesar.

5. Aspek Pendidikan

Status sosial rendah akibat adanya penggolongan kelas masyarakat oleh kolonial Belanda berdampak pada pendidikan masyarakat pribumi yang kurang. Karena ini, Sarekat Islam mendirikan sejumlah sekolah dengan sistem pendidikan yang menyetarakan pengetahuan umum dan ajaran Islam.

Tokoh-tokoh Sarekat Islam

Sarekat Islam punya sejumlah tokoh besar yang turut menggerakkan organisasi ini. Di antara mereka ada beberapa tokoh yang paling berpengaruh dan memberi berkontribusi lebih terhadap SI, yaitu:

1. H. Samanhudi

Samanhudi adalah pendiri Serikat Dagang Islam yang menjadi cikal bakal berdirinya Sarekat Islam. Ia lahir di Solo dari seorang pedagang batik dan tumbuh besar juga menjadi seorang pedagang batik.

Kala itu, Samanhudi memiliki minat untuk mendirikan organisasi yang bersifat sosial yang bertujuan dalam memberi bantuan dan menjalin persatuan.

2. H. O. S. Tjokroaminoto

Tjokroaminoto bisa dibilang sebagai pemimpin sekaligus penggebrak Sarekat Islam. Ia bergabung SI atas ajakan Samanhudi yang menginginkan orang berpengalaman dan berpendidikan untuk memperkuat organisasinya itu.

Kemudian Tjokroaminoto bergabung dan melakukan pembaharuan dengan menyusun anggaran dasar baru bagi SI. Ia pun mengubah SDI menjadi Sarekat Islam dan memegang jabatan ketua menggantikan Samanhudi. Selanjutnya, ia mengembangkan SI menjadi pergerakan massa yang paling menonjol dan berpengaruh.

3. Agus Salim

Agus Salim bukanlah jajaran tokoh Sarekat Islam pada masa-masa awal. Ia baru bergabung dengan organisasi ini sekitar tahun 1915 sebagai anggota bidang politik.

Karena kecerdasannya dalam keislaman, ia berhasil menjadi salah satu tokoh yang punya kedudukan penting di SI ini. Ia menentang kolonial dengan pikiran kritisnya yang tajam namun disampaikan dengan halus.

4. Abdul Muis

Abdul Muis menjadi anggota Sarekat Islam kemudian diangkat menjadi salah satu anggota Pengurus Besar karena semangat juang dan kecerdasannya.
Kepada anggota SI lainnya pun ia kerap menamakan rasa semangat berjuang untuk melawan kolonial Belanda.

Selain itu, ia juga memberikan ide untuk mengadakan disiplin organisasi dengan tujuan mengeluarkan anggota SI yang telah terpengaruh paham komunis.
Itulah penjelasan mengenai organisasi Sarekat Islam yang berperan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia pada masa kolonial Belanda. (*)

Awaluddin Awe, dari berbagai sumber

  • Bagikan