MS Kaban
.
Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) angkat bicara terkait dua foto satelit NASA tahun 2001 dan 2019 yang merupakan konsesi sawit PT Dongin Prabhawa di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.
Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) KLHK Nunu Anugrah, dalam pernyataan tertulis, Minggu (14/11/2021), menyatakan perlu meluruskan hal tersebut.
“Konsesi sawit itu merupakan pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan sawitnya diberikan oleh Menteri Kehutanan MS Kaban di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 5 Oktober 2009 seluas 34.057 hektare, atau lebih dari setengah luas DKI Jakarta,” ujar Nunu.
Menurut Nunu, dua foto satelit NASA liputan 2001 dan 2019 tersebut tidak cukup untuk menggambarkan laju pergerakan deforestasi di konsesi sawit tersebut dari tahun ke tahun, dan tudingan deforestasi diarahkan kepada pemerintah saat ini.
Oleh karena itu, untuk tidak menimbulkan kegagalan persepsi yang luas dan untuk keadilan informasi bagi publik, maka KLHK perlu menunjukkan foto liputan satelit secara series mulai 2009 di areal konsesi tersebut, pada saat pelepasan kawasan hutan dan pemberian izin sawit tersebut.
Kemudian, dilanjutkan dengan penyajian foto satelit 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018.
Nunu Anugrah menjelaskan data liputan satelit tahunan tersebut sangat penting untuk disajikan.
Tujuannya agar informasi data satelit tidak terputus jika hanya menyajikan foto satelit 2001 dan 2019 saja.
Gambaran itu jelas membuat persepsi publik yang tidak tepat.
“KLHK menggaris-bawahi bahwa deforestasi di konsesi sawit PT Dongin Prabhawa mulai dilakukan oleh pihak perusahaan pada tahun 2011, dua tahun setelah pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan sawit tersebut, yang diberikan pada awal Oktober 2009,” kata Nunu.
Lebih lanjut, Nunu menjelaskan pergerakan deforestasi tersebut terus meluas pada 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
Secara umum, luasan deforestasi tidak mengalami pergerakan lagi berdasarkan foto satelit 2017 hingga 2020.
Pergerakan deforestasi tersebut, dapat diperiksa secara mudah melalui Google Earth pada fitur data tahunan.
Tidak Relevan
Nunu menyatakan tentu tidak relevan untuk menyimpulkan seolah-olah wajah hutan Papua telah gundul akibat deforestasi di konsesi sawit tersebut, yang hanya ditunjukkan oleh dua foto liputan satelit 2001 dan 2019 di konsesi sawit tersebut.
Mengingat luas izin konsesi yang diberikan di era Presiden SBY tersebut adalah seluas setengah DKI Jakarta.
“Luas Provinsi Papua setara sekitar 472 kali lipat luas DKI Jakarta. Hampir 70% hutan Papua berada dalam peta moratorium permanen,” tambah Nunu.
Sementara itu, hampir seluruh pelepasan kawasan hutan di Papua dan Papua Barat untuk sawit diberikan oleh era pemerintahan sebelumnya (2005-2014).
Data satelit juga menunjukkan bahwa hampir seluruh deforestasi untuk sawit di Papua dan Papua Barat terjadi pada areal-areal perizinan sawit yang diberikan oleh era pemerintahan sebelumnya.
Oleh karena itu, tidak benar kesalahan deforestasi dimaksud seperti direkayasa data seolah di era Presiden Jokowi.(jpnn/pojoksatu/fajar)