JAKARTA, Harianindonesia.id –
Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo melemparkan gagasan segar dalam pemerintahannya mendatang jika terpilih berupa program Satu Rumah Satu Sarjana (SRSS) sebagai bagian mengentaskan kemiskinan rakyat Indonesia.
“Selain pendekatan tradisional dan formal upaya menekan kemiskinan juga akan dilakukan dengan mengembangkan program Satu Rumah Satu Sarjana (SRSS), dimana satu sarjana itu nantinya yang mengangkat derajat kemiskinan di keluarga bersangkutan,” papar Ganjar Pranowo saat berbicara di depan Gen Z Indonesia di Gedung Arsip Nasional Jakarta, Rabu (18/10/2023) malam.
Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai dengan tahun 2012. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Milenial, generasi ini merupakan generasi peralihan Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin berkembang. Beberapa diantaranya merupakan keturunan dari Generasi X dan Milenial.
Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan Generasi Milenial, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset.
Dalam kesempatan bertemu Gen Z itu, Ganjar didampingi Cawapres Mahfud MD, para Sekjen Koalisi Partai dan TPN-GP yang disebut Ganjar hadir keseluruhan dari Ketuanya Arsjad Rasjid hingga para Wakil ketua TPNGP.
Menurut Ganjar program SRSS ditujukan kepada anggota keluarga miskin dan memiliki minat untuk meneruskan pendidikan tinggi. Mereka dibantu biaya kuliah melalui APBN.
Secara konsep, apabila sang sarjana sudah tamat dan bekerja maka merekalah nanti yang akan membina rumah tangga miskin tadi menjadi naik kelas tidak miskin lagi.
Intinya adalah mencari satu figur di dalam sebuah keluarga miskin, setelah dia menjadi sarjana memberikan edukasi dan dukungan bagi anggota keluarga lainnya untuk lepas dari kemiskinan.
Program ini, sebut Ganjar sudah dia terapkan di Jawa Tengah dengan dukungan APBD setiap tahunnya.
Ganjar Pranowo menegaskan bahwa pendidikan menjadi kunci dalam pemberantasan kemiskinan. Maka, dirinya mencanangkan program satu keluarga miskin satu sarjana.
“Saya orang meyakini, untuk menyelesaikan problem kemiskinan yang terbaik adalah dengan pendidikan. Kenapa saya bilang begitu, karena saya sendiri contohnya,” ucap Ganjar.
Ganjar menceritakan, dia yang berasal dari keluarga sangat sederhana bisa berhasil seperti saat ini karena pendidikan. Kalau ia tidak sekolah, maka mungkin nasibnya tidak seperti saat ini.
“Nah di situlah peran negara hadir. Bagaimana agar seluruh masyarakat Indonesia bisa mengakses pendidikan dengan baik,” jelasnya.
Selain itu, Ganjar juga mempunyai pengalaman dalam memutus kemiskinan dengan pendidikan. Saat memimpin Jawa Tengah, ia membuat sekolah boarding gratis untuk warga miskin bernama SMK Negeri Jateng.
“Semuanya gratis, tidur gratis, makan, sepatu, seragam, tas semuanya kami biayai. Dan yang bisa masuk ke sekolah itu syaratnya dari keluarga miskin,” kata dia.
Program itu terbukti ampuh. Anak-anak miskin yang terancam tidak bisa sekolah akhirnya bisa mengenyam pendidikan. Hebatnya lagi, kata dia, 100 persen lulusannya tidak ada yang menganggur.
“Mereka bekerja di perusahaan besar, ada yang di Jepang, Jerman, Korea dan lainnya. Dan mereka menjadi tulang punggung keluarga. Saya terharu ketika mereka mengatakan bisa melunasi hutang keluarga, membeli rumah, tanah dan lainnya. Mereka bisa mengangkat keluarga dari jurang kemiskinan,” ucapnya.
Untuk itu, program tersebut bisa diperluas se-Indonesia. Dia juga akan mendorong pendidikan gratis mulai PAUD hingga SMA.
“Dan kita ingin mendorong satu keluarga miskin satu sarjana. Kalau itu bisa terwujud, maka saya percaya kemiskinan bisa diselesaikan,” kata dia.
Ganjar optimistis untuk mewujudkan hal tersebut. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kemauan dan strong leadership dalam pengambilan keputusan.
“Makanya anggaran negara harus dinaikkan dua kali lipat, sistem pemerintahan harus digital dan korupsi harus diberantas. Kalau itu bisa, maka anggaran negara bisa diotimalkan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lainnya,” ujar dia.
Awalnya dari Kota Pariaman
Tetapi Program Satu Rumah Satu Sarjana ini sudah sejak awal dilaksanakan oleh Pemko Pariaman, Sumatera Barat. Program ini sudah dilaunching Pemko Pariaman sejak April 2019 lalu.
Untuk menampung pelajar yang akan dikirim ke Perguruan Tinggi Vokasi, Pemerintah Kota Pariaman telah membuat Memorendum of Understanding (MoU) dengan beberapa Perguruan Tinggi antara lain dengan Politeknik Negeri Padang (PNP), Politeknik ATI Padang, Politeknik Pelayaran Sumatera Barat (Poltekpel Sumbar), Batam Tourism Politeknik (BTP) dan Insititute Teknologi Bandung (ITB).
“Program Satu Keluarga Satu Sarjana ini juga telah termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023, sehingga akan menjadi program yang diharapkan dapat mengentaskan angka kemiskinan yang ada di Kota Pariaman”, kata mantan walikota Pariaman Genius Umar disela sela pertemuan Ganjar dengan Gen Z.
“Dalam program ini, kita menginginkan dalam satu keluarga yang ada di Kota Pariaman, kami harapkan mempunyai satu orang yang lulusan sarjana, atau sarjana muda. Dengan Pendidikan yang kita inginkan adalah pendidikan vokasi, sehingga mereka mempunyai ketrampilan dan skill ketika lulus nanti, yang kita harapkan dapat bekerja untuk perbaikan tingkat kesejahteraan keluarganya nanti”, tukas Genius.
Sampai saat ini, kata Genius Pemko Pariaman telah berhasil mengSarjanakan ratusan keluarga miskin. (*)
Awaluddin Awe