MENTERI ESDM Bahlil Lahidia diapit dua sohib yang sedang berseteru mengambil jabatan Ketua Umum Kadin Indonesia. Keduanya adalah Arsjad Rasjid dan Anindya Bakrie. Setelah sebelumnya sepakat usai pertemuan Anin kemudian ingkar komitmen. (Foto : Dok)
JAKARTA – Anindya Bakrie diduga tidak komit dengan hasil keputusan yang telah diambilnya saat bertemu Arsjad Rasjid atas prakarsa Menteri Bahlil Lahidia, Jumat (26/9/2024).
Usai pertemuan, Arsjad Rasjid melalui akun pribadinya @arsjadrasjid di IG menjelaskan bahwa dirinya telah mencapai kesepakatan untuk menjalankan organisasi Kadin secara tegak lurus sesuai aturan atau AD ART Kadin.
Intinya, sumber layak dipercaya, forum Bahlil Solusi telah menyepakati Arsjad tetap Ketua umum tetapi diwajibkan menggelar Munas Dipercepat untuk memilih kembali dan mengesahkan kepemimpinan Anin sebagai Ketua Kadin Indonesia.
Pilihan Munas dipercepat adalah untuk melegalisasi penetapan Anin menjadi ketua umum yang sah. Munaslub Sabtu (14/9) disebut cacat secara hukum karena menabrak semua aturan dan norma munas luar biasa di AD ART Kadin. Malah, juga terjadi tindak pidana hukum.
Tetapi sebaliknya, Anindya Bakrie dalam pernyataan terbukanya kepada media malah menyampaikan hal terbalik, bahwa malah dirinya yang menawarkan kepada Arsjad untuk menjadi Ketua Dewan Pertimbangn di kabinetnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Sumbar Awaluddin Awe, berpendapat bahwa Solusi yang diambil oleh Arsjad Rasjid dan Anindya Bakrie dari pertemuan yang diprakarsai Bahlil Lahadia atau Solusi Bahil sebenarnya adalah cara cerdas untuk melegalkan kepemimpinan Anin di Kadin.
“Saya kira itu jalan tengah dan bentuk keberpihakan Arsjad Rasjid terhadap keputusan Anin menjadi Ketua Umum Kadin Indonesia. Masa mas Anin tidak bisa melihat dan menangkap pesan bagus itu?,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Sumbar Awaluddin Awe di Jakarta, Ahad (28/9/2024).
WKU Kominfo Kadin Sumbar ini dimintakan tanggapannya atas kesepakatan solusi untuk penyelesaian dengan cepat dualisme kepemimpinan Kadin Indonesia. PT
Dalam pertemuan yang difasilitasi Menteri Bahlil Lahadia, Arsjad Rasjid menyebutkan bahwa dirinya dan Aninda Bakrie telah mencapai mencapai kesepakatan solusi menjalankan Kadin sesuai dengan AD ART.
Bentuknya adalah, Arsjad Rasjid tetap sebagai Ketua Umum Kadin dan kemudian melaksanakan Munas Dipercepat dari tahun 2026 sebagai batas akhir kepemimpinan Arsjad Rasjid sebagai Ketua Umum dan Anindya Bakrie sebagai Ketua Dewan Pertimbangan.
Awaluddin menambahkan, bahwa Munas Dipercepat kemudian akan memilih Anindya Bakrie sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia yang sah.
“Jadi saya nilai solusi ini adalah keputusan yang sangat bijak dan kompromistis, satu orang yang dengan pikiran jernih memberikan posisi kepada yang lain secara sah. Masa mas Anin tidak melihat peluang ini?” kata Awaluddin bertanya.
Ditegaskannya, dari kasus Kadin ini bisa terlihat cara berpikir dan bertindak kedua tokoh Kadin ini. Cara berpikir Arsjad sangat menghargai Anin dan sebaliknya cara Anin melakukan munaslub sama sekali tidak menghargai Arsjad.
Tetapi sebaliknya, Arsjad bersedia melaksanakan Munas Dipercepat demi keutuhan Kadin. Namun sebaliknya Anin tetap terus memaksa mengakui hasil Munaslub.
“Atas alasan apa memaksa mas Arsjad mengakui hasil munaslub bro. Itu rekayasa pemilihan Ketua Umum Kadin yang menabrak semua aturan di Kadin dan norma sosial berorganisasi,” paparnya.
Munculkan Tokoh Baru
Dalam kaitan suksesi kepemimpinan Kadin Indonesia, Awaluddin Awe, menyampaikan usulan baru dengan menampilkan tokoh baru sebagai jalan tengah.
Sebab kubu Anin bukan tipikal yang kompromistis dan cenderung agitatif serta sangat berpotensi memecah belah Kadin Indonesia, termasuk Kadin Propinsi dan kabupaten kota.
“Saya mengimbau untuk bersikap bijak dan dewasa memahami masalah Kadin. Sebab Kadin daerah sampai kabupaten kota berhak atas kepemimpinan Kadin Indonesia yang tenang, nyaman dan dewasa,” sergah Awe, panggilan wartawan senior ini.
Dia berharap tokoh baru itu bisa menjadi faktor penyelamat nama besar Kadin Indonesia, bukan hanga untuk orang dalam, tetapi para investor di luar negeri sana.
Selain itu, tokoh baru ini juga dapat memberikan suasana kepemimpinan yang nasionalis dan memahami alur kepemerintahan secara benar, bukan atas kepentingan masa lalu saja tetapi juga masa depan ekonomi Indonesia.
Awaluddin sudah melihat sosok tokoh baru tersebut dan sangat disegani oleh para Ketua Umum Kadin Propinsi, karena dinilai mampu memberikan arah kepemimpinan Kadin yang lebih konkret sebagai induk organisasi dunia usaha.
“Jika perdamaian Arsjad dan Anin menemukan jalan buntu, maka sebaiknya digelar Munas Dipercepat dengan memunculkan tokoh baru itu. Saya yakin kisruh Kadin akan selesai,” papar Awe
Namun Awe tidak bisa memastikan proses Munas Dipercepat dengan tokoh baru ini akan diterima pihak Kadin Indonesia, sebab akan dinilai sebagai memunculkan permasalahan baru.
“Tetapi dalam pandangan pribadi saya, memunculkan tokoh baru itu adalah alternatif penting untuk menyelesaikan kisruh di Kadin,” pungkas Awe mengakhiri. (*)
Rizal Basri
Editor : Tata Tanur